Postingan

Surat Untukmu

 Bapa Aroma obat semakin tercium di setiap sudut-sudut ruangan. Suara Batukmu Mendesak ku agar segera beranjak dari tempat duduk. Menyuguhkan  Kehangatan dengan segelas air putih diatas meja Kini hanya raga yang semakin terlihat tua dan menua Langkahmu  semakin goyah  tak seimbang Raut wajahmu tergambar jelas  tak lagi sama Sama seperti sediakala Bapa Jika suatu saat nanti tongkatmu patah Maka aku siap menjadi tongkat yang kuat untuk kedua kakimu 

Rinai Hujan

  Rinai Hujan Tak jemu aku mengingat tentang mu dalam luka yang sembariku simpan dalam lubuk hatiku Tentang Hujan Yang jatuh kadang tak tau kapan akan berhenti Bagiku rinai hujan adalah suatu anugerah dimana aku bisa merasakan Suatu kehangatan tersembunyi dibaliknya. Sama seperti pelangi sehabis hujan   yang membawa rindu pada setiap warnanya Namun kadang kala hujan itu seperti penjaga rahasia Dimana aku bisa menangis dan menyembunyikan lukaku Tentang Hujan Kembali mengingatkanku pada keangan saaat asyik bermain hujan Dan ku jadikan engkau payingku berteduh saat terguyur tubuhku Dan kujadikan engkau mantelku   untuk berteduh diantara tetesannya.

Permintaan Terakhir

  Permintaan terakhir Selamat pagi puan Maaf,aku sudah lupa di mana sisa kantukmu Aku simpan waktu itu Eh,juga aroma obat yang kau masukkan Kedalam saku bajukku Jangan kahwatir ,puan Akan kupancangkan beribu tiang doa disni Untuk menjaga katamu,janjimu,juga inginmu Sama seperti pasukan penjaga basilica,doa akan menjagamu dengan Pedang Tunggulah Puan Aaan kuhembusan angin kedalam rongga dadamu Supaya bersama anginmu kita hembuskan mimpi-mimpi disni.

Puisi Bimbang

 

Kau dan Matahari

  Kau dan Matahari Tengah hari kau menoleh kebarat Bayangmu menempel pada kaca mobil “Selamat siang matahari”,katamu sayup-sayup salam itu terdengar Lekang direbut berisik angin Kau, tengadah membagikan keresahan kepada matahari.”Masih ku tak paham”, Katamu pelan,”kenapa kesepian begitu akrab dengan kehilangan?” Matahari tenang mendengarkanmu Kau menarik nafas panjang,membayangkan lengan-lengan kesepian Memelukmu erat “Tidak”,teriakmu,”aku tak ingin dipeluk, Aku ingin segera ke barat”. Dan akhirnya kau bergegas kebarat ke tempat peristirahatan matahari,disitu malam sumringah Menerimamu diranjang yang penuh dengan kunang-kunang    

Surat Untuk Puan

  Surat Untuk Puan Penahku patah tak tau kusimpan dimana Coretan tinta hitam yang kemarin aku tuangkan Diujung penahku Rumah sederhana bukan istana disitulah sang pujangga berada Duduklah dia dikursi rotannya,mulai goreskan makna pada lembaran puisinya Senyum kecil ditorehkan pada rupa sang pujangga Rinai hujan tak dihiraukan bahkan berisikpun tidak Sang Puan datang membawa secangkir kopi,isnpirasi bagi   tuan sang pujangga Tersipu malu bak putri malu depan halaman rumah tuan Kala tuan sang pujangga memuji puan "Apakah   ada aku dalam tulisanmu wahai tuan?" Teridam sang pujangga sambil menulls, bukan kamu kata pujangga Lalu siapa? Pesonamu yang sedang ada dalam pikiranku membawa inspirasi bagi coretan Pada lembaran yangku tulis. Bila jiwamu tak mampu aku miliki,maka ijinkanlah aku menjadi terang pada pekatnya malammu Bila ragamu tak dapat ku dekap maka,ijinkan aku membawa bayanganmu saja Akan aku kembalikan senyuman hangat yang kau si...

Tentang Rasa

  Tentang Rasa Dimulai dari suatu kisah Kisah yang takkan terlupakan   Entah itu apa ? Hanya saja ingin menjalaninya Dari sanalah berawal Dari sanalah yang   mengajakan banyak arti Semua bisa dikatakan telah berlalu Tapi itu waktu yang mengatakan Bukan apa yang dirasakan Jika bisa akankah semua itu dapat berlalu? Rasanya sulit,sulit untuk berlalu Dan rasa itu hingga saat ini masih sama Rasa takut ,cemas akan apa yang akan dilewati kedepannya